KUMPULAN MATERI PENYULUHAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Bank Informasi Bagi Petani Mandiri
Sabtu, 10 Agustus 2019
Rabu, 26 November 2014
PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) PADA TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA
sumber : www.google.com |
Tanaman padi yang terserang penyakit
hawar daun bakteri (HDB) pada fase awal pertumbuhan, tanaman layu dan akhirnya
mati. Gejala inilah yang biasanya oleh petani disebut dengan penyakit kresek.
Sedangkan pada tanaman dewasa serangan mulai dari tepi daun berwarna
keabu-abuan dan akhirnya mengering sehingga tanaman tidak dapat
berfotosintesisi dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Apabila
serangan pada saat tanaman berbunga, hawar daun bakteri ini dapat menyebabkan
kerugian yang sangat besar dengan mengurangi hasil sampai 50-70% akibat
pengisian gabah terhambat sehingga gabah hampa meningkat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB)
ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae. Bakteri patogen ini
biasa disebut juga dengan patogen Xoo. Di masyarakat secara umum penyakit hawar
daun bakteri ini disebut juga sebagai penyakit kresek. Mungkin tanaman yang
terserang penyakit hawar daun bakteri ini bunyinya kresek-kresek pada saat
tertiup angin, sehingga untuk memudahkan akhirnya disebut sebagai penyakit
kresek.
Serangan penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman padi menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian daun melalui luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman padi pada saat musim hujan. Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.
Serangan penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman padi menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian daun melalui luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman padi pada saat musim hujan. Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.
Varietas - varietas padi yang agak
tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri ini antara lain Ciliwung, Fatmawati,
Mekongga dan Aek Sibundoong (patotipe IV),Widas, Rokan dan Hipa 3 ( patotipe
III dan IV), Ketonggo, Ciherang, Inpari 2 dan Inpari 3 (patotipe III), Tukad
Unda dan Tukad Petanu (patotipe VIII), Hipa 4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete
(patotipe IV dan VIII), Inpari 1 dan Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII).
Sedangkan varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) ini antara lain Memberamo, Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way Apo Buru, Singkil, Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV), Code, Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) Dengan teknik budidaya
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dilakukan secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya. Beberapa teknik budidaya yang disarankan antara lain dengan perlakuaan bibit dan pergiliran varietas, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, irigasi / pengairan secara berselang (intermeten), pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan menanam varietas tahan.
Perlakukan bibit dilakukan dengan cara jangan menanam bibit yang dipotong akar atau daunya terlebih dulu sebab akan mempermudah infeksi bakteri Xoo.. Strain / Patogen HBD ini biasanya menginfeksi melalui luka bekas potongan pada bibit padi yang ditanam.
Sedangkan varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) ini antara lain Memberamo, Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way Apo Buru, Singkil, Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV), Code, Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) Dengan teknik budidaya
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dilakukan secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya. Beberapa teknik budidaya yang disarankan antara lain dengan perlakuaan bibit dan pergiliran varietas, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, irigasi / pengairan secara berselang (intermeten), pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan menanam varietas tahan.
Perlakukan bibit dilakukan dengan cara jangan menanam bibit yang dipotong akar atau daunya terlebih dulu sebab akan mempermudah infeksi bakteri Xoo.. Strain / Patogen HBD ini biasanya menginfeksi melalui luka bekas potongan pada bibit padi yang ditanam.
Hawar daun bakteri juga berkembang
pada tanaman padi yang dipupuk dengan pupuk Nitogen dengan dosis yang tinggi
tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium. Pupuk Nitrogen yang tinggi akan memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman namun tanaman kurang tahan terhadap infeksi
bakteri patogen Xoo. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan hawar daun
bakteri ini harus pemupukan tanaman padi harus dilakukan secara berimbang.
Pupuk Nitrogen yang diaplikasikan harus diimbangi dengan aplikasi pupuk Kalium.
Sedangkan pengendalian hawar daun
bakteri dengan aplikasi bahan kimia dapat dilakukan dengan bakterisida. Namun
penggunaan bakterisida ini harus dilakukan secara bijaksana dan sesuai dengan
rekomendasi setempat (Bahan : BBPadi Sukamandi)
Sumber : - Penyakit pada Tanaman
Padi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan & Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi
Penulis : Iman Priyadi, (Penyuluh Pertanian Balai Besar pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian)
PENYAKIT HAWAR DAUN JINGGA PADA TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA
Penyakit hawar daun jingga (HDJ)
yang diduga disebabkan oleh bakteri (putih : Pseudomonas sp. dan kuning
:Baccilus sp) merupakan penyakit yang relatif masih baru. Pertama ditemukan di
daerah kabupaten Subang Jawa Barat pada MK 1987 disebut sebagai penyakit
Bacterial Red Stripe (BRS. Sampai saat ini penyakit tersebar di hampir seluruh
Pulau Jawa dan Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Penyakit
umumnya timbul pada saat tanaman mencapai stadia generatif, pada musim kemarau.
Gejala penyakit diawali dengan
bercak kecil berwarna jingga, yang timbul di mana saja pada helaian daun. Pada
stadia perkembangan penyakit lebih lanjut terbentuk gejala hawar mirip gejala
yang ditimbulkan oleh hawar daun bakteri (BLB). Mekanisme penurunan hasil
karena hawar daun jingga serupa yang disebabkan oleh hawar daun bakteri , yaitu
meningkatkan gabah hampa dan gabah terisi tidak sempurna.
Pengendalian; Hal ini menunjukkan
bahwa perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor praktek
produksi yang dilakukan seperti varietas, pemupukan, jarak tanam, dan
pengairan. Untuk itu, pengendalian penyakit HDJ dianjurkan dengan cara mengatur
penggunaan faktor-faktor tersebut. Varietas tahan HDJ sampai saat ini belum
tersedia. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa pada keadaan perkembangan
penyakit yang cukup tinggi, terlihat adanya perbedaan reaksi genotipe terhadap
penyakit HDJ yang terjadi secara alamiah. Dari 108 genotipe yang dievaluasi
pada MK 2000 di Kebun Percobaan Inlitpa Sukamandil, satu varietas yaitu Lusi
tergolong tahan, sementara tiga galur harapan yaitu S2814-2f-Kn-9-3-3,
S4668-1g-1-2-2 dan S4668-1g-2-2 tergolong agak tahan, dan genotipe lainnya
rentan. Perbedaan reaksi tersebut diduga bersifat genetis seperti yang terjadi
pada galur S4668-1g-1-2-2 dan S4668-1g-2-2 yang masih kerabat. Fenomena ini
memberikan harapan bahwa usaha untuk memperoleh varietas tahan penyakit HDJ
dapat dilakukan. Pemupukan, jarak tanam, dan interaksi antara kedua faktor
tersebut berpengaruh nyata terhadap perkembangan penyakit HDJ. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan penyakit HDJ selain dipengaruhi oleh pemupukan
juga bergantung pada kerapatan tanaman. Pupuk yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat dapat menekan
perkembangan penyakit HDJ.Penyakit berkembang dengan baik pada pertanaman padi
yang digenang terus menerus sampai berumur 76 HST. Pengeringan berkala pada
45-60 HST dan pada 60-75 HST nyata dapat menurunkan intensitas penyakit HDJ.
Hawar daun jingga dapat dikendalikan secara kultur teknis. Pemberian pupuk 250 kg urea, 100 kg SP36,dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan penyakit. Penyakit juga dapat ditekan dengan mengeringkan lahan dan membuka kanopi pertanaman, untuk mengurangi kelembaban dan memperbaiki sirkulasi udara dalam kanopi.
Hawar daun jingga dapat dikendalikan secara kultur teknis. Pemberian pupuk 250 kg urea, 100 kg SP36,dan 100 kg KCl per ha dapat menekan perkembangan penyakit. Penyakit juga dapat ditekan dengan mengeringkan lahan dan membuka kanopi pertanaman, untuk mengurangi kelembaban dan memperbaiki sirkulasi udara dalam kanopi.
Pada penyakit Hawar Daun Jingga,
mempunyai cara pengendalian yang lainnya, antara lain :
§ Cara pengendalian penyakit ini juga belum ditemukan, tapi dari hasil penelitian di Vietnam dan Indonesia, aplikasi fungisida yang berbahan aktif carbendazim dan benomil yang disemprotkan pada daun dapat menekan munculnya gejala hawar daun jingga.
§ Atur jarak tanam lebih lebar.
§ Pengairan jarak tanam lebih lebar.
§ Pengairan berselang ketika tanaman sudah mencapai pembentukan malai.
§ Gunakan pemupukan berimbang.
§ Cara pengendalian penyakit ini juga belum ditemukan, tapi dari hasil penelitian di Vietnam dan Indonesia, aplikasi fungisida yang berbahan aktif carbendazim dan benomil yang disemprotkan pada daun dapat menekan munculnya gejala hawar daun jingga.
§ Atur jarak tanam lebih lebar.
§ Pengairan jarak tanam lebih lebar.
§ Pengairan berselang ketika tanaman sudah mencapai pembentukan malai.
§ Gunakan pemupukan berimbang.
Sumber : - Penyakit pada Tanaman
Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan & Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.2008
- bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id
- bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id
Penulis : Iman Priyadi, (Penyuluh Pertanian Balai Besar pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian)
Langganan:
Postingan (Atom)