sumber : www.google.com |
Tanaman padi yang terserang penyakit
hawar daun bakteri (HDB) pada fase awal pertumbuhan, tanaman layu dan akhirnya
mati. Gejala inilah yang biasanya oleh petani disebut dengan penyakit kresek.
Sedangkan pada tanaman dewasa serangan mulai dari tepi daun berwarna
keabu-abuan dan akhirnya mengering sehingga tanaman tidak dapat
berfotosintesisi dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Apabila
serangan pada saat tanaman berbunga, hawar daun bakteri ini dapat menyebabkan
kerugian yang sangat besar dengan mengurangi hasil sampai 50-70% akibat
pengisian gabah terhambat sehingga gabah hampa meningkat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB)
ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae. Bakteri patogen ini
biasa disebut juga dengan patogen Xoo. Di masyarakat secara umum penyakit hawar
daun bakteri ini disebut juga sebagai penyakit kresek. Mungkin tanaman yang
terserang penyakit hawar daun bakteri ini bunyinya kresek-kresek pada saat
tertiup angin, sehingga untuk memudahkan akhirnya disebut sebagai penyakit
kresek.
Serangan penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman padi menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian daun melalui luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman padi pada saat musim hujan. Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.
Serangan penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman padi menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian daun melalui luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman padi pada saat musim hujan. Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.
Varietas - varietas padi yang agak
tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri ini antara lain Ciliwung, Fatmawati,
Mekongga dan Aek Sibundoong (patotipe IV),Widas, Rokan dan Hipa 3 ( patotipe
III dan IV), Ketonggo, Ciherang, Inpari 2 dan Inpari 3 (patotipe III), Tukad
Unda dan Tukad Petanu (patotipe VIII), Hipa 4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete
(patotipe IV dan VIII), Inpari 1 dan Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII).
Sedangkan varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) ini antara lain Memberamo, Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way Apo Buru, Singkil, Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV), Code, Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) Dengan teknik budidaya
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dilakukan secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya. Beberapa teknik budidaya yang disarankan antara lain dengan perlakuaan bibit dan pergiliran varietas, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, irigasi / pengairan secara berselang (intermeten), pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan menanam varietas tahan.
Perlakukan bibit dilakukan dengan cara jangan menanam bibit yang dipotong akar atau daunya terlebih dulu sebab akan mempermudah infeksi bakteri Xoo.. Strain / Patogen HBD ini biasanya menginfeksi melalui luka bekas potongan pada bibit padi yang ditanam.
Sedangkan varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) ini antara lain Memberamo, Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way Apo Buru, Singkil, Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV), Code, Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) Dengan teknik budidaya
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dilakukan secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya. Beberapa teknik budidaya yang disarankan antara lain dengan perlakuaan bibit dan pergiliran varietas, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, irigasi / pengairan secara berselang (intermeten), pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan menanam varietas tahan.
Perlakukan bibit dilakukan dengan cara jangan menanam bibit yang dipotong akar atau daunya terlebih dulu sebab akan mempermudah infeksi bakteri Xoo.. Strain / Patogen HBD ini biasanya menginfeksi melalui luka bekas potongan pada bibit padi yang ditanam.
Hawar daun bakteri juga berkembang
pada tanaman padi yang dipupuk dengan pupuk Nitogen dengan dosis yang tinggi
tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium. Pupuk Nitrogen yang tinggi akan memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman namun tanaman kurang tahan terhadap infeksi
bakteri patogen Xoo. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan hawar daun
bakteri ini harus pemupukan tanaman padi harus dilakukan secara berimbang.
Pupuk Nitrogen yang diaplikasikan harus diimbangi dengan aplikasi pupuk Kalium.
Sedangkan pengendalian hawar daun
bakteri dengan aplikasi bahan kimia dapat dilakukan dengan bakterisida. Namun
penggunaan bakterisida ini harus dilakukan secara bijaksana dan sesuai dengan
rekomendasi setempat (Bahan : BBPadi Sukamandi)
Sumber : - Penyakit pada Tanaman
Padi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan & Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi
Penulis : Iman Priyadi, (Penyuluh Pertanian Balai Besar pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian)